Kamis, 04 Desember 2008

TugasAAI

HafalkanSuratPendekYangBelumAndaHafalDanMeresumeBukuDiBawahNaunganCahayaIllahiBabII

Minggu, 02 November 2008

Menjadi akhwat sejati bukanlah hayalan,tapi bisa menjadi kenyataan...............

Berani menjadi akhwat sejati? (Siapa takut!)

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang manis dan menawan, tetapi dari kasih sayangnya pada karib kerabat dan orang disekitarnya. Pantang baginya mengumbar aurat dan memamerkannya kepada siapapun, kecuali kepada pasangan hidupnya. Dia yang senantiasa menguatkan iltizam dan azzam-nya dalam ber-ghadul bashar dan menjaga kemuliaan diri, keluarga serta agamanya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lembut dan mempesona, tetapi dari lembut dan tegasnya tutur dalam mengatakan kebenaran. Dia yang senantiasa menjaga lisan dari segala bentuk ghibah dan namimah. Pantang baginya membuka aib saudara-saudaranya. Dia yang memahami merasakan betul jika Allah swt senantiasa mengawasi segala tindak-tanduknya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari liuk gemulainya kala berjalan, tetapi dari sikap bijaknya memahami keadaan dan persoalan-peroalan. Dia yang senantiasa bersikap tulus dalam membina persahabatan dengan siapapun, dimana dirinya berada. Tak ada perbendaharaan kata “cemburu buta” dalam kamus kehidupannya. Dia yang senantiasa merasa cukup atas nafkah yang diberikan sang suami kepadanya. Tak pernah menuntut apa-apa yang tidak ada kemampuan pada sang qowwam ditengah keluarga. Sabar adalah aura yang terpancar dari wajahnya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia menghormati dan menyayangi orang-orang ditempat kerja, tetapi tatacaranya menghormati dan menyayangi orang-orang di rumah dan sekitarnya. Dia yang jika dilihat menyejukkan mata dan meredupkan api amarah. Baiti jannati selalu berusaha ia ciptakan dalam alur kehidupan rumah tangga. Totalitas dalam menyokong dakwah suami dan berdarmabakti mengurus generasi penerus yang berjiwa rabbani.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang memuji dan menaruh hati padanya, tetapi dilihat dari kesungguhannya dalam berbakti dan mencintai Allah, Rasulullah, dan pencintanya. Pantang baginya mengikuti arus mode yang melenakan dan menyilaukan mata. Dia yang selalu menghindari sesuatu yang syubhat terlebih hal-hal yang diharamkan-Nya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari pandainya dia merayu dan banyaknya air mata yang menitik tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan. Dia yang pandai mengatur, membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Pancaran kasih sayang melesat tajam dari tiap nada bicara yang keluar dari bibirnya. Dia yang memiliki perasaan yang tajam untuk selalu berbuat ihsan kala di tempat umum maupun kala sendiri.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari tingginya gelar dan luasnya wawasan tetapi tingginya ghirah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan syariat secara murni dan berkesinambungan.

Selasa, 28 Oktober 2008

zero to hero

RANGKAIAN HIKMAH DARI BUKU ZERO TO HERO

Mudzakirat Syaikhut Tarbiyah KH. Rahmat Abdullah :
Jadilah kalian orang-orang yang…
atsbatuhum mauqiifan (yang pling kokoh atau tsabat sikapnya)
arhabuhum shadran (yang paling lapang dadanya)
a’maquhum fikran (yang paling dalam pemikirannya)
ausa’uhum nazharan (yang paling luas cara pandangnya)
ansyatuhum ‘amalan (yang paling rajin amal-amalnya)
aslabuhum tanzhiman (yang paling solid penataaan organisasinya)
aktsaruhum naf’an (yang paling banyak manfaatnya)

Inspirasi Dahsyat
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (An Nahl : 78)
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri (Ar Ra’d : 11)
Maha Suci Allah yang di tanganNya-lah segala kerajaan dan Dia menjadikan Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
(Al Mulk : 1-2)
Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah, jika ia baik maka baik seluruh tubuh. Jika ia buruk maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah ia adalah hati (HR. Bukhari Muslim)
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (HR. Tarmidzi)
Barangsiapa bergembira atas kebaikannya dan bersedih atas keburukannya, maka dia adalah seorang mukmin (Thabrani dari Abu Musa ra.)
Rasulullah saw bersabda
Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahiim terputuslah berkahnya (dari tafsir Ibnu Katsir)
Berprestasi di tengah keterbatasan adalah sebuaah kepahlawanan dalam bentuk yang lain (HM. Anis Matta, Lc.)
Jangan sampai kita meninggal tanpa menghasilkan jejak-jejak sejarah dalam hidup kita…(BS. Wibowo)
Ibadah adalah upaya cerdas untuk meloloskan diri dari perangkap waktu (Hikmah)


EPISODE LUAR BIASA
Pahlawan sejati adalah oranng yang dapat memanfaatkan setiap momentum kepahlawanan (Anis Matta)
Barangsiapa yaang tidak menyibukkan diri dalam kebaikan niscaya ia akan disibukkan dalam keburukan
MOMENTUM = PRESTASI
Aku tidak akan duduk di sebuah tempat yaang tidak kuberikan sedikit pun tempat untuk syaitan (Umar bin Abdul Aziz)
ANUGERAH WAKTU
Waktu adalah momentum untuk berprestasi. Demi masa, demikian Allah besumpah. Bukan main-main tentunya, karena Allah menegaskan bahwa sesungguhnya manusia pasti akan merugi kalau tidak memperhatikan waktu, kecuali 4 golongan :
1. orang yang beriman
2. orang yang beeramal shalih
3. orang yang menasihati dalam kebenaran
4. orang yang menasihati dalam kesabaran
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati menetapi kesabaran (Al Ashr : 1-3)
Orang yang tidak mampu menggunakan waktu maka dialah oraang yang dijamin bakal rugi, persis orang yang sudah mati. Karena hidupnya seperti mayat yang beku, hidup tak sopan mati bikin bau. Ujuduhu ka-adamihi, keberadaannya seperti tak ada gunanya. Tak ada yang menganggap dan menghiraukan. Bahkan banyak yang menyesali dan merutuki, mengapa orang seperti ini kok masih hidup, malah panjang umur? Kalau dia mati banyak orang yang bersyukur.
Rasulullah saw bersabda, “Ada dua nkmat dimana banyak orang yang tertipu dengan keduanya yaitu nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)
Menurut Nabi, rata-rata umur umatnya sekitar 60 tahun. Waktu kita sama dalam sehari 24 jam. Cara kita menggunakan waktulah yang membuat kita berbeda. Ada tiga hal yang tak pernah kita dapatkan kembali :
1. kata yang telah diucapkan
2. waktu yang telah lewat
3. momentum yang diabaikan
Waktu adalah kunci sukses kita dan momentum untuk beerprestasi.

UBAH PARADIGMA KITA
Kita orang biasa, tentu banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan dan sebagainya. Ubah paradigma, cara pandang kita. Jangan menyalahkan keadaan, tapi buatlah keaadaan. Tak usaah mempermasalahkan kelemahan, tapi ubahlah keterbatasan menjadi anak-anak prestasi tinggi, amal-amal terpuji dalam jiwa pahlawaan sejati. Bicaralah dengan kerja. Hiduplah ceria dengan kreatifitas. Crdaskan jiwa agar bahagia. Bilaa orang psimis berkata, “Masalah ini mungkin diselesaikan, tapi sulit” maka optimislah dan katakan “Masalah ini sulit, tapi mungkin”.
Kuncinya adalah kreatifitas, berpikir di luar ruang, mendobrak kebekuan, melawan kejumudan untuk mengatasi keadaan. Inti kreatifitas dan inovasi adalah yakin dan berusaha menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan apa saja. Mampu melakukan perubahan ke aarah kemajuan. Meraih prestasi dan terus menjaga serta maningkatkannya.

POPULARITAS BUKAN JAMINAN
“Kalau sekedar ingin poluler, kencingilah sumur zam-zam” kata orang Arab.
Popularitas seseorang belum tentu berbanding lurus dengan kesuksesan dan kebahagiaan. Banyak cara mencari sensasi dengan cara-cara tak terpuji. banyak yang bunuh diri karena terpenjara oleh puja-puji. Banyak yang terhina karena hobi obral dan janji-janji. Banyak orang populer mati mengenaskan terpenjara oleh polularitasnya.
Prestasi hakiki bukanlah harta yang melimpah, bukan kedudukan yang tinggi, jabatan yang mentereng, kekuasaan yang besar, atau berbagai atribut duniawi lainnya. Semua itu ujian dan cobaan : maukah bersyukur? Bisa jadi prestasi itu tak dikenal orang, tak ada sanjungan, pujian apalagi karangan bunga. Kita pun tidak menyadari itu sebagai prestasi, apabila dilakukan dengan tulus hati. Orang yang cerdas dan sensitif akan mampu berempati dan menghargai terhadap nilai prestasi.

salam keadilan


Assalamu'alaikum ,,,,,,,,,,,,,,

Ikhwati...peruangan panjang belumlah berakhir,bisa jadi baru di mulai atau bisa jadi baru pertengahan perjalanan,masih banyak yang akan kita hadapi sehingga BERJUANGLAH dan BERSIAPSIAGALAH !!!!
Wahai ikhwan sejati,siapa yang berjuang pastilah kan menghadapi rintangan akan tetapi apakah kita kan menjadi seorang pecundang??yang lari dari medan peperangan?

tidak saudaraku,,,,,sekali lagi saya ingin menjadi ikhwan sejati !!!! dan antum pun juga!

Sekali lagi ikhwan sejati saudaraku............


Ikhwan sejati bukan dilihat dari wajahnya yang tampan rupawan tetapi dari kesungguhannya dalam menjaga kemuliaan diri, keluarga dan agamanya. Pantang baginya mengemis kemuliaan dari para raja dan tuan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar dan dadanya yang bidang, tetapi dari keberaniannya mengakui setiap kesalahan dan adilnya sikap kala menjadi seorang pemimpin. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Pantang baginya berputus asa dari keluasan sifat Rabbnya yang Ar-Rahman.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari proposionalnya postur tubuh dan lincahnya gerakan, tetapi dari kasih sayang dan kelembutan hatinya terhadap sesama muslim dan tegas serta arif bijaknya terhadap kaum kafir. Baginya kritik adalah salah satu rumus untuk tercapainya kesuksesan. Sifat tawadhu’ adalah baju keabadian yang dipakainya sepanjang perguliran zaman.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari lantangnya suara kala bertilawah Qur’an, banyaknya hadist yang dia hafal, tetapi keteguhan dan konsistennya mengamalkan kandungan keduanya. Dia selalu berusaha mengajarkan pada yang belum memahaminya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikannya sebagai suluh penerang serta pijakan dalam menelusuri lorong-lorong gelap kehidupan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari tajamnya pedang atau banyaknya peluru dari senapan yang dia bawa, tetapi dari sikapnya yang tegar dalam mempertahankan kebenaran yang dia bela. Syahid baginya adalah tujuan. Jihad fisabilillah adalah cita-citanya yang tertinggi. Ilmu yang bermanfaat adalah tongkat yang dia pegang. Pantang baginya mengikuti persangkaan-persangkaan batil, mengatakan apa-apa yang tidak ada ilmu dalam dirinya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang menyanjung dan menggodanya, tetapi dari komitmennya dalam mendidik dan mencintai akhwat pasangan hidupnya. Keharmonisan keluarga yang dia bina adalah semata-mata dijadikan sarana untuk mendaki tangga-tangga cinta-Nya. Pantang baginya bersikap kasar terhadap istri dan anak tanpa adanya pelanggaran syar’i. Mitsaqan ghalidza dia gigit erat-erat dengan gigi gerahamnya. Panggilan jihad baginya adalah rayuan cinta yang harus segera dipenuhi gelora syahid.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya kitab yang ia kuasai dan cakapnya ia dalam berorasi, tetapi dari sikapnya yang istiqomah dalam menanggung beban amanah dan sikap tawadhu’ dalam menjalani liku kehidupan ini. Pantang baginya, membanggakan apa-apa yang ada pada leluhurnya, sementara dirinya tak punya apa-apa yang bisa dijadikan sebagai amal unggulan. Dia yang selalu melihat orang-orang yang di bawahnya dalam hal keduniaan, dan selalu memandang ke atas dalam urusan-urusan akhirat.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya muatan dan beratnya barbel yang dapat ia angkat tetapi dari kesabarannya kala marah dan sikap qona’ah dalam menerima setiap anugerah Rabbnya. Obsesi yang terbesar dalam hidupnya adalah keridhaan Allah ta’ala. Ia yang selalu mendahulukan kepentingan agama-Nya di atas segala-galanya. Minhajul qasidin dan minhajul muslim menjadi bingkai hidupnya.

Ikhwan sejati bukanlah dari banyaknya orang yang dapat ia tundukkan dan takut padanya, tetapi dari seberapa besar dia takut pada Rabbnya sehingga di berhati-hati dalam meniti kehidupan dunia ini. Pantang baginya bersikap takabur (sombong) ketika kekuasaan ada dalam genggaman, dan bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) ketika perhiasan-perhiasan dunia ada di bawah telapak kakinya.